WELLCOME TO OSIS SMP KESATUAN 1 SAMARINDA

SMP KESATUAN 1 SAMARINDA

SMP KESATUAN 1 SAMARINDA
MENERIMA SISWA BARU TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012
contact person
1. Dra. Marninawati 081645262122.
2. Drs. Munasir 08135007063
3. Mr. Cecep 081346389965/ 085753411721
Alamat : Jl. Ruhui Rahayu 1 N0. 30 Samarinda, Kalimantan Timur

Sabtu, 05 Maret 2011

MEMILIH SEKOLAH

Tak dapat dipungkiri ungkapan bahwa masa depan suatu bangsa terletak di tangan generasi muda. Atinya, kemajuan atau kemunduran suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas calon-calon penerus bangsa.

Calon penerus bangsa terdiri para anak muda, remaja serta anak-anak kecil yang akan diasah untuk memperjuangkan bangsa ini. Manakala generasi mudanya berkualitas rendah baik fisik atau psikis, bisa dipastikan bangsa tersebut akan berjalan terseok-seok. Jika hal ini terjadi mereka harus rela menjadi bahan cemooh bangsa lain.

Dalam konteks mempersiapkan generasi pastinya pendidikan (baca; sekolah) yang akan dipilih. Menurut para orang tua sekolah adalah tempat dimana mendidik peserta didik menjadi manusia seutuhnya, menjadi cerdas dan kreatif.

Saat ini marak sekali para anak dan orang tua memilih sekolah. Baik lulusan TK yang akan melanjutkan ke sekolah dasar (SD), dari SD akan melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan SLTP ke Sekolah Menengah Umum (SMU) serta siswa SMU yang akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi (PT).

Untuk itu mereka harus memikirkan panjang lebar dalam memilih sekolah yang dibilang berkualitas tinggi entah itu swasta maupun negeri. Informasi akan mereka cari hingga tau kelebihan serta kekurangan dalam lembaga tersebut. Pasalnya, adakah sekarang sekolah yang berkualitas tinggi? Jika berbicara kualitas tentunya kita harus menghadapi setumpukan sumbangan dana sekolah yang menumpuk. Uang seragam, uang pembangunan, uang pengembangan ekstra kurikuler. Dipikir-pikir untuk sekolah itu mahal sekali biayanya.

Lantas, apakah sekolah mahal itu terjamin kualitasnya? Jawabanya pasti belum. Kita lihat fenomena sekarang kebanyakan sekolah yang mahal hanya mnegedepankan materialistik, sehingga tak jarang sekolah-sekolah mahal seperti itu dihuni orang-orang pamerisme (orang suka pemer). Peraturannya begitu gawat, semua siswa harus canggih bisa HP dan Komputer, ke sekolah harus menaiki mobil, seragam sekolah dan atributnya harus bermerek dan mahal. Setelah di cros-chek ternyata out putnya tidak memiliki kemampuan sebagai manusia yang berpendidikan lebih-lebih manusia konsumerisme pendidikan mahal.

Jika seperti ini para orang tua harus memilih sekolah yang murah dan berkualitas. Lagi-lagi pertanyaan. Adakah sekolah murah berkualitas tinggi? Jawabannya pasti membingungkan. Sekolah mahal aja tak berkualitas apalagi yang murah! Semua orang tua bingung, mereka hanya bisa berpangku tangan melihat fenomena dalam pendidikan sekarang ini.

Realita diatas bukan menjadi hal biasa namun luar biasa. Kita pikir jika hanya sekolah mahal yang ada, bagaimana nasib mereka yang berkantong tipis (baca; kurang mampu) pastinya kesempatan untuk menyekolahkan anaknya setebal kulit bawang. Ironisnya lagi bagaimana mereka yang memang belum sama sekali mengenal sekolah! Namun, bagi mereka yang berduit tak menyesal untuk mengeluarkan biaya bagi anaknya yang ingin bersekolah dengan syarat sekolah berkualitas, walau mahal gak apa-apa yang penting ternama.

Rasanya sulit jika kenyataannya seperti ini. Masalah mahalnya pendidikan tak pernah kunjung usai, padahal setiap tahunnya anggaran pendidikan yang hampir tidak pernah lebih dari 10% APBN telah terealisasikan pada lembaga tersebut. Apakah dana tersebut sudah direalisasikan pada siswa? Tak salah jika ada statement "jika akan sekolah pasti ujung-ujungnya uang"

Saat kondisi kaotisitas (kacau balau) sistem pendidikan kita, tak berlebihan jika orang tua akhirnya lebih tidak meilih sekolah. Alasannya. Pertama, sistem pendidikan tak sesuai dengan apa yang seharusnya dijalankan oleh institusi tersebut. Jika sistem tidak beres kemungkinan besar lembaga pendidikan tersebut tidak terorganisir. Kedua, sekolah dibuat sebagai lembaga infestor anak didik yang menghasilkan uang. Ketiga, guru yang tidak profesioanal dan tidak memeprhatikan kemampuan siswa yang berlandaskan pada 5 H. yakni, hand (keterampilan), heart (psikologis), head (intelegensia), humanity (kemanusiaan), dan happy (kebebasan). Ketiga, tidak adanya tranparansi antara elite pendidikan dengan siswa, wali siswa, masyarakat. Sehingga tak jarang sering terjadi kong-kalikong terutama dalam masalah finansial.


untuk menjawab semua pertanyaan di atas, SMP KESATUAN adalah Jawaban YANG TEPAT, Karena SMP KESATUAN menawarkan KUALITAS TERBAIK dengan biaya yang TIDAK MAHAL.


Untuk membuktikanya Silahkan anda Datang dan buktikan sendiri.

Jumat, 04 Maret 2011

VISI MISI SMP KESATUAN 1 SAMARINDA

VISI

Menjadi SMP swasta favorit yang mengembangkan peserta didik yang berimtaq, beriptek, demokratis, trampil dan memiliki wawasan lingkungan, kebangsaan serta berwawasan global

MISI :
 Melaksanakan manajemen pendidikan yang profesional
 Menyelenggarakan sistem pengajaran yang inovatif, kreatif dan terpadu
 Mengembangkan pembelajaran berkarakter Multiple Intelligence (MI)
dan Emotional Spritual Quotient (ESQ)
 Membangun komunitas pendidikan yang komunikatif dan saling menghargai
berdasarkan nilai-nilai kejujuran
 Membudayakan disiplin, tanggungjawab dan keperdulian sosial
 Meningkatkan kualitas SDM secara berkesinambungan

SASARAN

•Memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mewujudkan keunggulan akademik ( Standar UN,
Communication Skill, Leadership dan IT Skill )

•Melaksanakan proses pembelajaran yang mempunyai karakter ( Multiple Intelligences
dan Project & Experiment Research )
•Membuat jaringan kerjasama dengan universitas dan lembaga pendidikan bermutu lain

•Pengembangan dan transfer nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaaan ( aktualisasi
Motto Kesatuan dalam kehidupan akademik )

Pembebasan SPP, Kemunduran Sekolah Bonafit?

Surabaya (beritajatim.com) - Kengototan Sahudi, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya yang merencanakan penggratisan sekolah kepada seluruh siswa hingga jenjang SMU mendapat protes keras dari anggota dewan dan walikota.

Oleh anggota dewan, dana penggratisan yang disalurkan oleh Pemkot melalui BOPDA tersebut, dianggap akan menghambat prestasi di beberapa sekolah. Hal ini disampaikan anggota komisi D DPRD Surabaya Edy Budi Pranowo.

Kepada beritajatim.com, Edy mengatakan bahwa pemberian biaya tanpa pandang bulu, dengan melarang penarikan tambahan kepada siswa tersebut memang cukup menguntungkan bagi sebagain siswa kurang mampu dan beberapa sekolah.

Namun, hal ini sangat merugikan bagi sekolah-sekolah bonafit yang notabene semua siswa berasal dari kalangan orang berada. Edy mencontohkan, sebut saja sekolah swasta A yang sudah maju dan memiliki berbagai kegiatan (ekstra kulikuler) yang cukup mendongkrak pengetahuan serta kemampuan pelajar, namun tiba-tiba, kegiatan tersebut, harus dipangkas, lantaran sekolah tak diperbolehkan untuk menarik iuaran apapun.

"Bagi sekolah - sekolah tertentu, maaf bonafit, saya yakin para siswa tidak akan senang jika digratiskan dengan kompensasi pembatasan kegiatan. para orang tua di sekolah tertentu tersebut cukup mampu untuk membiayai sekolah anaknya," ujar Edy, Sabtu (26/02/2011).

Namun Edy juga tak memungkiri, jika penggratisan tersebut sanagat bermanfaat bagi siswa yang kuarang mampu. "Ini juga ada baiknya, karena biaya itu sanagat dibutuhkabagi sebagian siswa lain," imbuh Edy.

Edy memberikan solusi, jika Dindik terlebih dahulu melakuka pendataan bagi siswa dan sekolah yang memerlukan bantuan, agar dana yang sudah dianggarkan untuk baiaya pendidikan tersebut tidak terbuang sia-sia. "Kalau disama ratakan, itu bukan bantuan namanya, itu ngawur. kondisi dan kebutuhan siswa di surabaya ini berbeda," bebernya.

Edy juga membeberkan, bahwa Walikota Surabaya, juga memprotes rencana penggratisan seluruh siswa yang diusulkan oleh Dinas PenPendidikan.

Dalam pertemuan lalu, Walikota marah terhadap Sahudi atas rencana penggratsisa yang diusulkan oleh Sahudi tersebut. "Duduk aku lo yo sing ngomog gratis, sampean yang ngomong," ujar Risma dihadapan komisi D beberapa waktu lalu.

Edi menyarankan, agar Dindik Surabaya tetap mengalokasikan BOPDA, khusus kepada siswa dan sekolah yangmembutuhkan. "Harusdierikan kepada siswa yang kurang mampu, intiya harus tepat sasaran, jangan dipukul rata," pungkas Edy. [rif/kun]

Kamis, 09 Desember 2010

Penutupan LDK OSIS ..
penutupan LDK di akhiri dengan doa ..
semoga saja OSIS tahun ini bisa 
menjabat dengan baik sesuai apa yang
di inginkan . Aminn

mengatakan sumpah dan janji OSIS

Rabu, 08 Desember 2010


 are we Beautifull.?.....
 pasti ya..... ini lah kami orang kalimantan asli, disamping kami adalah pendatang.
tapi kami bisa hidup rukun lhooo....
inilah Indonesia......
Bhineka tunggal Ika..............
Berbeda- beda tetap satu juga

Selasa, 07 Desember 2010

ini Ceritanya lagi belajar jualan heee.....heeee...